Kepala BI: Aceh Masih Didominasi Kredit Konsumtif

Kepala Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh, Zainal Arifin Lubis . Foto: AJNN.Net/Fauzul Husni

BANDA ACEH – Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Aceh Zainal Arifin Lubis menyebutkan hingga saat Aceh masih didominasi kredit konsumtif, termasuk di dalamnya untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Zainal menjelaskan, dalam dunia perbankan penyaluran kredit terbagi dari berbagai jenis, yaitu kredit konsumsi, modal kerja, investasi. Tetapi Aceh dominannya masih pada kredit konsumtif.

“Untuk Aceh kredit terbesar itu masih didominasi kredit konsumsi termasuk di dalamnya kredit untuk pegawai, secara total di Aceh itu lebih dari 60 persen,” kata Zainal Arifin Lubis, kepada wartawan usai memberikan materi pada talkshow bersama GeRAK Aceh, Selasa (29/1).

Zainal menilai, kredit konsumtif itu tidak cukup baik dalam hal proses percepatan pertumbuhan ekonomi Aceh kedepan. Pasalnya barang-barang kosumsi yang dibutuhkan Aceh sebagiannya hasil produksi daerah luar.

“Ini tidak baik untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Aceh. Berbeda jika barang-barang dihasilkan di Aceh sendiri, maka itu akan lebih baik, karena uang tadi akan berputar lagi (di Aceh),” ujarnya.

“Tapi persoalan untuk Aceh hari ini konsumsi tadi sebagian besar barangnya di luar, sehingga akselerasi ekonomi itu diluar Aceh,” sambungnya.

Menurut Zainal, disisi lain bank juga tidak bisa menyalurkan kredit ke sektor riil atau menjalankannya sendiri jika iklim usaha di Aceh tidak kondusif, industrinya tidak tumbuh serta tingginya tingkat resiko.

Baca: Kepala BI Aceh: Indikator Ekonomi Aceh Trendnya Positif

Terhadap persoalan ini, diperlukan keterlibatan semua pihak termasuk para Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) untuk membimbing serta menyediakan infrastruktur yang memadai bagi pelaku usaha, sehingga potensi yang ada dapat berkembang baik sehingga bank bisa melakukan pembiayaan ke sektor riil.

“Solusinya adalah dengan meningkatkan sinergitas antar SKPA terkait agar kegiatan usaha dimasing-masing SKPA ini akan tumbuh,” ujarnya.

Zainal menuturkan, kalau pembiayaan benar-benar tersalurkan ke sektor riil, maka sebagian besar akan berdampak luar biasa terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh. Tetapi, upaya ini harus dilakukan secara berkesinambungan dan tidak bisa sekaligus, karena sulit untuk membalikkan dari kredit konsumsi seketika ke sektor riil, pruduksi investasi maupun modal kerja.

“Jadi harus ada langkah-langkah yang strategis dan berkesinambungan,” imbuhnya.

Karena itu, lanjut Zainal, BI Aceh juga meminta kepada Bank Aceh agar meningkatkan pembiayaan sektor riil seperti Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Tetapi sejauh ini pihaknya melihat ada upaya Bank Aceh melakukan itu. Dan BI akan terus memantau supaya ini berlanjut.

“Bank Aceh kami minta untuk supaya lebih meningkatkan menyalurkan pembiayaan ke sektoril, ke UMKM. Ini juga sekalian untuk meningkatkan kinerja Bank Aceh,” pungkas Zainal.

Sumber : AJNN